Terkadang yang membuat dada seseorang sesak hanyalah kesalahan kecil yang dilakukan seseorang kepadanya. Padahal seandainya dia mau memaafkan kesalahan itu hatinya akan semakin lapang dan kehidupannya akan menjadi lebih tenang.
Karenanya orang yang baik itu bukanlah orang yang selalu memberi. Tetapi orang yang baik adalah orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu orang yang melakukan kesalahan itu minta maaf.
Seorang sahabat yang disebut Nabi sebagai penghuni surga ketika ditanya Abdullah bin Amr bin Ash amalan apa yang ia lakukan, dijawab, “Setiap malam sebelum tidur aku selalu mendoakan orang-orang dan memaafkan semua kesalahan mereka dan mengikhlaskannya. Lalu aku berdoa untuk mereka dan aku tidak pernah iri terhadap mereka.”
Alangkah nikmat hidup jika kita bisa seperti itu. Hati menjadi lapang dan ketenangan akan selalu menemani hari hari kita. Tidak ada rasa iri terhadap sesuatu yang telah diberikan Allah kepada seseorang dan tidak marah ketika orang lain berbuat kesalahan kepada kita. Bahkan kesalahan yang dilakukan justru dibalas dengan doa kebaikan kepada orang itu.
Istilah memaafkan dalam bahasa Arab sendiri adalah Al 'Afwu. Artinya secara bahasa adalah melewatkan, membebaskan, meninggalkan pemberian hukuman, menghapus, dan meninggalkan kekasaran perilaku.
Sementara itu, secara istilah Al 'Afwu juga dapat bermakna menggugurkan (tidak mengambil) hak yang ada pada orang lain. Hal ini menjadi bukti mulianya sikap pemaaf, sebagaimana dilansir dari buku Berdakwah dengan Hati yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim bin Shalih bin Shabir Al-Maghdza
Disamping memaafkan hal lain yang bisa membuat hidup kita tenang adalah tidak membenci ketika takdir yang baik itu diberikan Allah pada orang lain, bukan pada kita dalam masalah apa saja termasuk masalah rejeki.
Hal itu bisa ditumbuhkan dengan menyakini bahwa rejeki itu tidak akan bisa diperoleh dengan ketamakan dan kebencian terhadap takdir Allah yang telah ditetapkan kepada seseorang.
Lihat video pendek:
0 Comments :
Posting Komentar