Perbincangan
 untuk mengkritisi ajaran syiah, memang sangat menarik untuk disimak. 
Apalagi di masa sekarang ini… masa dimana mereka lagi gencar-gencarnya 
menyebarkan paham sesat itu ke seantero dunia… terutama negara kita 
tercinta INDONESIA…
Dengan NEGARA IRAN
 sebagai pusat kekuatan jasmani dan rohaninya… mereka tidak ragu-ragu 
untuk mendakwahkan idiologinya dengan dinar dan dolar yang besar… Karena
 pada akhirnya nanti, mereka akan meraup keuntungan yang berlipat ganda…
 mereka akan tajir bin kaya raya, dengan kewajiban membayar seperlima 
kekayaan dari setiap pengikutnya… Tidak hanya itu, mereka juga akan 
mampu dengan bebas merenggut kehormatan setiap wanita super cantik yang 
diinginkannya, dengan iming-iming pahala kawin mut’ah yang mereka 
buat-buat dan palsukan…
Memang,
 sekarang kita belum banyak melihat perbedaan antara SUNNI dan SYIAH… 
Itu karena mereka selalu berlindung di balik tabir TAKIYAH (baca: 
kedustaan)… tabir yang mereka gunakan untuk menghalangi sinar matahari 
yang akan menampakkan wajah buruk mereka…
Tapi kita tak perlu khawatir… bi idznillah dengan
 berjalannya waktu, kita yakin tabir itu akan rapuh dan koyak… kita 
yakin, -dengan pertolongan Alloh, usaha dan sumabangsih umat sunni-  
sinar matahari hidayah itu, akan dapat menembus tabir setan itu… dan 
kita akan tahu, siapa sebenarnya mereka…?!!
Tulisan
 ini ibarat lentera kecil, yang akan membantu anda menerangi  dalam 
menjelajahi alam kelabu ajaran sesat ini, semoga bisa memberikan 
tambahan pencerahan dalam pikiran… sehingga kita bisa melihat dan 
mengerti… mana yang benar yang harus diikuti… dan mana yang batil, yang 
harus dijauhi…
Selanjutnya, kami persilahkan anda menyimak diskusi antara SUNNAH dengan SYIAH…, semoga bermanfaat… amin:
*******
*******
(1) Al-Kulainiy menyebutkan dalam kitabnya al-Kafi (1/258):
 “Sebenarnya para imam kita itu tahu kapan mereka akan meninggal, dan 
mereka tidak akan meninggal kecuali setelah mereka memilihnya”. Di sisi 
lain, Al-Majlisiy dalam kitabnya Biharul Anwar (43/364), menyebutkan 
sebuah hadits yang berbunyi: “Tidak ada imam yang mati, melainkan 
dibunuh atau diracun”.
**** 
Seandainya
 seorang imam itu mengetahui hal yang ghaib, sebagaimana dikatakan oleh 
Kulainiy, tentunya ia akan tahu setiap makanan dan minuman yang 
disuguhkan kepadanya. Apabila makanan itu mengandung racun, tentunya ia 
tahu hal tersebut dan akan menjauhinya. Karena apabila ia tetap 
memakannya, berarti matinya bunuh diri! Mengapa? Karena ia tahu bahwa 
makanan itu mengandung racun, dan ia akan membunuh dirinya sendiri jika 
memakannya. Padahal Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- telah
 mengabarkan bahwa orang bunuh diri tempatnya di neraka! Apakah kaum 
syiah rela hal ini diterapkan kepada para imam mereka??!!
***
 (2) Apabila Ali r.a. mengetahui, bahwa dirinya adalah kholifah dari Alloh (langsung sepeninggal Rosul -shollallohu alaihi wasallam-) yang termaktub dalam wasiat beliau.
*** 
Pertanyannya:
 Mengapa Ali r.a. malah membaiat Abu bakar r.a., kemudian Umar r.a., 
kemudian Utsman r.a., untuk menjadi kholifah??!
Apabila
 kalian mengatakan: “Pada waktu itu ia sedang lemah”. Maka kami katakan:
 Seharusnya orang yang lemah tidaklah pantas menjadi kholifah, karena 
kholifah hanya khusus bagi mereka yang mampu mengembannya.
Apabila
 kalian mengatakan: “Ia mampu, tapi tidak melakukannya”. Maka kami 
katakan: itu berarti sebuah penghianatan… padahal seorang penghianat 
tidak pantas menjadi kholifah, tidak pula dapat dipercaya. –sungguh Ali 
r.a. bersih dari semua tuduhan mereka itu-.
Jika demikian, lalu apa jawaban kalian…??!
*** 
(3) Kaum Syiah berkeyakinan bahwa Ali r.a. adalah imam yang ma’shum (bebas dosa). Tapi disisi lain, kita dapati fakta –yang juga diakui oleh kaum syiah[1]- bahwa dia mengawinkan putrinya, Ummu Kultsum (yang juga saudari kandung Hasan dan Husein), dengan Umar bin Khottob!!!
*** 
Menyikapi fakta ini, ada dua kemungkinan jawaban, yang dua-duanya bertentangan dengan keyakinan mereka:
Kemungkinan Pertama, Ali
 r.a. tidak ma’shum. Mengapa?? Karena ia telah menikahkan putrinya 
dengan orang yang (mereka anggap) telah kafir. Dan ini bertentangan 
dengan dasar-dasar keyakinan mereka.
Kemungkinan Kedua ,
 Umar r.a. itu seorang muslim, yang telah diridhoi oleh Ali r.a. sebagai
 menantunya!! (Ini juga bertentangan dengan keyakinan mereka).
Dua jawaban…  yang sungguh sangat membingungkan… 
Bersambung......


ini bukan diskusi blay...ini penyerangan..bodoh
BalasHapusPertanyaan tanpa dalil adalah kebodohan
BalasHapus