Musibah Terbesar dalam Kehidupan Manusia


Hidup adalah ujian. Demikian yang kita pahami dari firman Allah, yang artinya "Dialah Allah yang telah menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa di antara kamu yang bertakwa"

Ujian yang dilami oleh manusia ada yang terlihat dan ada yang tidak terlihat. Ujian yang terlihat ini tentu saja lebih mudah mengenalinya daripada yang tidak terlihat. Karena mudah dikenali seseorang akan merasa bahwa dirinya mendapat musibah sehingga ia dapat melakukan sesuatu untuk menghadapi musibah itu.

Contoh musibah ini antara lain, ketika seseorang ditimpa sakit, ketika harga-harga barang melambung, ketika padinya terkena hama dan sebagainya. Musibah-musibah ini dapat dengan mudah dikenali sebagai musibah. Sehingga orang lain bisa melihat juga dan mungkin kemudian bisa membantu menghadapi musibah tersebut.

Lain halnya dengan musibah yang tidak terlihat. Bisa jadi orang yang mendapatkan musibah tidak merasa bahwa dirinya terkena musibah. Bahkan bisa jadi dalam kesehariannya dia bisa tertawa lebar. Orang lain pun tidak bisa melihat bahwa orang tersebut sedang mendapatkan musibah. Sehingga mustahil ia akan memikirkan solusi dari sebuah musibah. 

Musibah yang tidak terlihat yang dimaksud adalah musibah ketidaktahuan seseorang terhadap Dinul Islam. Musibah kebodohan, fitnatusy syahwat. Orang seperti tidak adalah orang yang buta di kehidupan dunianya. Dan kebutaannya di dunia ini menyebabkan kebutaannya di akhirat, akibatnya ia tidak tahu jalan ke surga. Ini adalah fitnah yang luar biasa bagi manusia. 

Karenanya, ketika melihat seorang pendeta yang sudah tua dan khusuk dalam beribadah kuat dalam beramal, sahabat Umar bin Khaththab menangis.

Dikisahkan pada suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berhenti di suatu gereja kecil, ia melihat seorang pendeta berada di dalamnya. Pendeta itu diberi tahu bahwa ada Amirul Mukminin datang kepadanya, maka ia berdiri dengan gemetar karena badannya lemah. Melihat keadaan pendeta itu, maka Umar menangis. Ketika diberitahu bahwa laki-laki itu adalah orang Nasrani maka Umar berkata, “Aku tahu bahwa ia adalah orang Nasrani, tapi (yang membuatku menangis) aku ingat firman Allah:

“(Ia) bekerja keras lagi kepayahan, lalu memasuki api yang panas (neraka)” (Terjemah QS. Al-Ghasiyah: 3-4)

Karena sesungguhnya amalan dan segala kebaikan bagi orang kafir bagaikan fatamorgana. 

“Orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi ‘air’ itu, dia tidak mendapati apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih. Apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (an-Nur: 39—40)

Inilah yang ditangisi Umar bin Khathab, dirinya merasa takut akan kehilangan iman yang menjadikannya dapat masuk ke neraka. Sekeras apapun usaha dan ibadah yang dilakukan,  dan berbagai kebaikan tidak akan ada artinya tatkala kita tidak beriman pada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengakui Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam sebagai utusan Allah.

Hal itu menjadi pelajaran bagi kita semua, hendaknya selalu berhati hati terhadap musibah yang tidak kelihatan, yakni fitnah subhat yang akibatnya akan menyengsarakan kehidupan kita di akhirat kelak. Untuk mengobati fitnah subhat tersebut tidak ada cara lain kecuali mengkaji dengan benar.

Tiga hal yang perlu kita kaji, adalah mengenal Allah (makrifatullah), mengenal Rasulullah (makrifaturrasul) dan mengenal agama islam (makrifatud dinul Islam)

Semoga Allah Subhanahu wa ta 'ala selalu memberi hidayah kepada kita semua baik hidayah irsyad maupun hidayan taufik.



About Al Inshof

Al Inshof adalah blog yang memberikan kejernihan dalam menimbang hidup. Islam adalah agama tengah tengah. Tidak berlebih lebihan namun juga tidak menyepelekan.

0 Comments :

Posting Komentar