Adalah Bilal salah satu sahabat Rasulullah SAW, lebih memilih ditindih batu panas di bawah terik matahari daripada harus memuji sesembahan kaum kafir Quraisy. Kelezatan dalam naungan iman lebih bisa dirasakan daripada panasnya batu dan cuaca panas saat itu.
Adalah Mushab bin Umair, lebih memilih kehidupan miskin hingga ketika ia meninggal tidak ada kain kafan yang menutupi jasadnya. Ketika kain ditarik ke atas maka bagian bawah dari jasadnya akan kelihatan. Demikian juga ketika kain itu ditarik ke bawah maka kepalanya akan kelihatan. Padahal sebelum ia termasuk pemuda yang paling tampan dan kaya. Tapi kenikmatannya berada dalam ketaatan kepada Allah menjadikannya ia rela meninggalkan semua kemewahannya.
Adalah para sahabat lebih memilih hijrah ke Madinah, suatu negeri yang masing asing bagi mereka. Mereka lebih memilih mengikuti perintah untuk hijrah meski kehidupan , harta benda ada di negeri Makkah.
Ya, mereka semua telah bisa merasakan kelezatan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya meski secara dhahir penderitaan yang mereka alami.
Itulah manusia-manusia yang telah merelakan menjual kehidupan dunianya demi akhiratnya. Lalu apa rahasianya mereka bisa merasakan manisnya iman?
Ada tiga perkara yang menjadikan mereka bisa merasakan manisnya iman. Ketiga perkara itu sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya:
Artinya, Artinya, "“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.”
Jadi jika Anda ingin merasakan manisnya iman, yang dengannya Anda bisa merasakan kelezatan dalam ketaatan kepada Allah ada 3 hal yang harus Anda upayakan. Ketiga hal tersebut adalah:
Pertama, Mencintai Allah dan RasulNya melebihi kecintaannya kepada yang lainnya.
Seperti orang yang sedang jatuh cinta, tentu dia akan merasakan kebahagiaan, kesenangan serta kelezatan tatkala dia mampu menuruti dan melaksanakan semua perintah yang datang dari yang dicintai. Dia akan berusaha melakukannya semampunya. Setiap tingkah lakunya akan diupayakan sesuai dengan keinginan dengan yang dicintainya. Bahkan kecintaanya ini menyebabkannya tidak peduli dengan pandangan orang lain. Meskipun orang mengiranya menderita tetapi kalau apa yang dilakukannya dicintai oleh yang dicintai maka pandangan orang lain menjadi tidak berarti. Tetap saja dia akan merasakan nikmat.
Kedua, Mencintai seseorang atau sesuatu karena Allah.
Poin kedua inipun sebenarnya akibat dari poin pertama. Ketika seseorang mampu menempatkan kecintaannya kepada Allah dan RasulNya melebihi kecintaanya pada yang lainnya, maka dia juga akan berusaha mencintai seseorang atau sesuatu dengan syarat orang atau sesuatu itu juga dicintai oleh Allah dan Rasulnya.
Ia juga tidak akan mencintai seseorang atau sesuatu jika seseorang atau sesuatu itu juga dibenci Allah dan RasulNya. Dampak dari hal ini adalah dia akan berusaha melakukan sesuatu termasuk mencintai sesuatu selama hal itu tidak membuat Allah dan RasulNya marah.
Poin kedua ini sekaligus akan menjadi filter dalam kehidupannya. Selalu hati hati dan selalu mengukur kehidupan dengan Allah dan RasulNya. Jika Allah dan RasulNya cinta, ia pun akan cinta. Sebaliknya jika Allah dan RasulNya benci dan marah pada sesuatu, maka ia pun akan melakukan hal yang sama. Hidupnya menjadi terarah dan pathokannya menjadi jelas.
Ketiga, ia takut kembali kepada kekufuran sebagaimana ia takut dilemparkan kembali ke neraka.
Setelah memahami dan merasakan manisnya iman serta balasan yang akan diperoleh serta ancaman yang akan diterima oleh orang yang kufur dengan Allah dan RasulNya, maka ia berusaha istiqomah dalam sikap dan pendiriannya. Tidak goyah dengan sesuatu yang menyebabkan ia kufur. Ia jaga dan tenteramkan hatinya hanya dalam pelukan iman.
Ketenangan dalam naungan iman inilah yang menjadikan sikap tegas dalam hidupnya. Apapun yang menyebabkan ia terjebak dan kembali pada kekufuran akan ia hilangkan dengan harapan mendapatkan ridlo Allah sehingga ia terbebaskan dari neraka dan akhirnya mendapatkan kenikmatan surgaNya.
Ketiga hal itu harus senantiasa diupayakan oleh siapapun yang ingin mendapatkan dan merasakan manisnya iman.
0 Comments :
Posting Komentar