Kemudian setelah itu Allah SWT menyebutkan sifat yang agung lagi mulia, yaitu sifat jujur. Itulah sifat yang menyelamatkan sahabat ini ra. Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebajikan dan keabjikan menunjukkan kepada surga. Seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha jujur sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Hendaknya kalian berlaku jujur. Waspadalah dari sifat dusta.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (jujur).” [QS. Al-Hujurat (49): 15].
Ya Allah langgengkan untuk kami nikmat kejujuran dan jadikan kami ke dalam golongan orang-orang yang jujur dengan ramat-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih.
Saya katakan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin di mana saja janganlah jadi orang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Jangnlah salah seorang dari kalian menjadi bunglon. Apabila manusia berbuat baik ia ikut berbuat baik dan apabila mereka berbuat buruk ia ikut berbuat buruk.” Kelak pada hari kiamat engkau akan dibangkitkan sendirian, diletakkan di kuburmu dan ditanya juga sendirian. Apa yang akan engkau katakan pada hari engkau ditanya tentang penelantaran laa ilaaha illallaah? Apa yang akan engkau katakan jika pertanyaan itu datang, apa yang membuatmu absent? Apa yang membuatmu absent? Padahal Allah SWT telah membuatmu kaya.
“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).” [QS. At-Taubah (9): 93].
Mengenai bencana yang menimpa umat Islam pada hari ini bicaralah semaumu tidak ada masalah. Mereka duduk-duduk berpangku tangan tidak berjihad sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Keluarlah wahai hamba Allah. Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah yang laksana potongan-potongan malam yang gelap gulita. Gunakan kesempatanmu. Gunakan kesempatanmu untuk membuka pintu-pintu surga. Telah shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pedang itu penghapus berbagai kesalahan.” Orang yang mati syahid diampuni seluruh dosanya kecuali hutang. Sesungguhnya pedang itu, sesungguhnya pedang itu penghapus berbagai kesalahan.
Ikutilah Rasulullah SAW yang diutus dan dikirim kepada kita untuk mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya. Ilmu kita, ilmu semua manusia pemeluk dienul Islam berasal dari ilmu Rasulullah SAW. Jibril yang diberi amanah menyampaikan wahyu turun kepada beliau, apa yang beliau katakan? Beliau mengatakan dengan menggunakan bahasa Arab yang nyata dan jelas. Apa argument kalian, padahal Allah telah menjadikan kalian paham dan mengerti bahasa Arab?
Beliau SAW bersabda dalam hadits shahih sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari-Muslim dan yang lainnya, beliau Ash-Shadiq Al-Mashduq bersumpah: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya saya tidak memberatkan kaum Muslimin, saya tidak akan duduk-duduk di belakang pasukan yang berperang di jalan Allah selama-lamanya.” Bukankah kalian mengerti bahasa Arab? Manusia terbaik ini SAW bersumpah dengan nama Allah bahwa ia sekali-kali tidak akan duduk-duduk di belakang pasukan yang berperang di jalan Allah. Perbuatanmu memahami bahwa seolah-olah ada amalan-amalan lain yang lebih utama dari ini.
Front belum ada. Sampai ketika para ulama berfatwa di kesempatan yang lalu, banyak ulama kaum Muslimin yang berkumpul dan berfatwa bahwa jihad hukumnya fardhu ‘ain ketika Rusia masuk menyerang (Afghanistan). Apa argumenmu sampai engkau tidak berangkat. Apa argumenmu? Argumennya tidak lain adalah jiwa yang terpedaya, merasa berat dan merasa nyaman di tempatmu. “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya saya tidak memberatkan kaum Muslimin, saya tidak akan duduk-duduk di belakang (dalam riwayat lain: meninggalkan) pasukan yang berperang di jalan Allah selama-lamanya.”
Bagaimana dengan orang yang mengklaim bahwa ia mencintai Muhammad SAW dan mengklaim bahwa ia berada di atas manhaj Muhammad SAW tapi ia tidak pernah sekalipun berangkat (berjihad) di jalan Allah. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Di zaman jihad fardhu ‘ain, bagaimana kita mengambil dari orang yang duduk-duduk tentang fikih jihad. Fikih jihad itu, sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sang Alim Rabbani Mujahid, yang berangkat dengan jiwanya untuk memerangi pasukan Tartar, ia berkata: Dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan jihad –maksudnya fatwa dalam masalah jihad- seharusnya diambil dari ulama yang benar-benar ulama yaitu yang mengerti realitas dunia –yang diantaranya adalah masalah jihad- bukan berdasarkan pandangan orang yang memandang dengan dien secara lahir dan juga bukan berdasarkan ulama yang tidak punya ilmu tentang realitas keadaan dunia.
Saya berikan contoh sederhana untuk kalian. Di antara argument orang yang beralasan dan berudzur, ia mengatakan: Sekarang ini kami tidak punya kemampuan untuk menghadapi Amerika dan para tentaranya, hal itu karena ia berfatwa sedangkan ia jauh dari syarat-syarat yang seharusnya bagi seorang mufti. Seorang mufti harus paham …, sebagaimana ditetapkan para ulama, diantaranya Ibnul Qayyim rhm menyebutkan dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in, ia berkata: Seorang mufti dan hakim -sebelum berfatwa- harus paham fiq-hul waqi’, yaitu paham akan peristiwa yang terjadi dan menelitinya. Menyimpulkan dari perkara-perkaranya, meneliti indikasi-indikasinya dan tanda-tandanya. Kemudian syarat yang kedua (bagi mufti dan hakim sebelum berfatwa) adalah memahami kewajiban dalam keadaan dan realitas itu, yaitu hukum Allah SWT yang sesuai dengan peristiwa itu, baru kemudian berfatwa.
Anda belum pernah terjun dalam pertempuran masa kini, belum tahu bagaimana kekuatan kafir dihentikan dan bagaimana orang-orang beriman –yang yakin dengan janji Allah dan yakin bahwa apa yang di sisi Allah SWT itu lebih baik, yang yakin bahwa mereka pasti akan menemui Allah SWT- dalam jumlahnya yang sangat sedikit dan dengan persenjataan yang sederhana mampu mengalahkan Uni Sovyet.
Mereka menganalogikan tanpa punya data-data yang lengkap (tentang mujahidin). Ia mengatakan kepadamu: “Kan jumlah para pemuda sedikit, kita tidak mengenal senjata dengan baik, persenjataan kami sedikit.” Wahai hamba Allah, itu bukan urusan kalian. Sesungguhnya urusan fatwa adalah urusan yang sangat besar.
Ada hadits shahih dari Nabi kita SAW mengenai seorang lelaki yang pergi ke suatu kaum di zaman beliau SAW. Pada waktu itu kepalanya terluka dan ia sedang junub. Lalu ia bertanya kepada kaum tersebut tentang hukum keadaanya itu, apa yang harus dilakukannya. Mereka menjawab: Kamu harus mandi. Mereka berfatwa padahal ilmu syar’i mereka belum memadai tentang masalah ini. Mereka tidak memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit. Ketika mandi, ia meninggal ra. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah juga membunuh mereka.”
Maka bagaimana dengan orang yang pada hari ini tampil berfatwa, padahal puluhan ribu kehormatan kita dinodai di Bosnia Herzegovina. Beribu-ribu darah kita, darah saudara-saudara kita ditumpahkan dengan tank-tank anti peluru di Chechnya. Saudara-saudara kita dibakar di masjid-masjid di Indonesia. Anak-anak dan keluarga kita di Palestina disiksa dengan siksaan yang amat keji oleh tangan-tangan Yahudi.
Di mana saja kamu lihat Islam di suatu Negara
Kamu dapati seumpama burung yang patah sayapnya
Di mana-mana ada bencana. Apakah kita cukup sampai sekarang kita katakan (jihad hukumnya masih) fardhu kifayah. Siapa yang mengatakan (jihad hukumnya sudah) fardhu ‘ain pasti ditelantarkan dengan berbagai cara! Maka siapa saja yang dalam hatinya ada keimanan yang kuat ia akan mengikuti Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia.
Saya tutup penjelasan mengenai hadits yang agung ini dengan sifat yang diberikan Allah SWT kepada para sahabat yang mulia. Allah SWT menyifati sebagian mereka ketika kembali dari jihad, padahal dulunya ketika disiksa di Mekkah mereka meminta perang. Mereka tahu bahwa harus membalas kepada orang-orang kafir, karena kalau tidak maka mereka akan dibinasakan. Rasulullah SAW mengakhirkan permintaan mereka. Beliau memerintahkan agar menahan diri. Beliau berkata: “Saya belum diperintahkan untuk berperang.” Ketika Allah SWT mewajibkan perang kepada mereka, mereka ra menarik sikapnya. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya.” [QS. An-Nisa (4): 77].
Wahai para hamba Allah ini pada diri sebagian para sahabat yang mulia ra. Bertakwalah kepada Allah. Introspeksi dirimu. Ayat ini ditujukan kepada para sahabat yang mulia, maka bagaimana engkau merasa tenang dengan dirimu ketika engkau duduk-duduk berpangku tangan dari membela laa ilaaha illallaah?
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?".” [QS. An-Nisa (4): 77].
Inilah tipu daya jiwa dan merasa berat dan tenteram dengan tempat tinggal. Untuk apa engkau mengundur-undur dan terlambat? Sampai kepada beberapa waktu lagi. Apa yang akan terjadi? Alasan-alasan duniawi yang tidak pernah habis. Dan angan-anganmu lebih panjang daripada umurmu.
“Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” [QS. An-Nisa (4): 77].
Lalu Allah SWT menjawabnya. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa sebabnya adalah tipu daya jiwa yang tergantung dengan kesenangan dunia yang hanya sebentar. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa itu hanya kesenangan dunia yang hanya sebentar. Maka Allah SWT mengarahkan mereka kepada kebaikan yang kekal abadi. Akhirat itu lebih baik daripada itu.
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” [QS. An-Nisa (4): 77].
Kemudian Allah SWT memberitahu mereka dengan ayat yang sangat tegas.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” [QS. An-Nisa (4): 78].
Syaitan selalu memperdayamu, menakut-nakuti para wali-Nya. Ia berkata padamu: “Kalau kamu pergi kamu akan terbunuh.” Maka datanglah ayat ini.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” [QS. An-Nisa (4): 78].
Saya berharap kepada Allah SWT agar melapangkan dada kaum mukminin untuk berjihad di jalan-Nya dan memantapkan kita dan kalian di atas manhaj Muhammad SAW dalam semua perintah dan urusannya dan dalam semua sunnahnya SAW.
Saya ingin menyemangati diriku dengan beberapa perkataan. Dan saya ingin menyemangati kaum Muslimin agar kita bisa terus-menerus berada di atas jalan ini untuk mengingatkan kita kepada manhaj salaf ra. Dahulu mereka memiliki syair-syair tentang pertempuran dan perang. Di antaranya adalah perkataan Ja’far ra ketika perang telah menghancurkan para sahabat, dentingan pedang betautan keras, debu-debu beterbangan dan teriakan-teriakan menyelimuti mereka. Hatinya melihat sebagaimana Anas bin Nadhr. Ja’far berkata kepada Sa’ad sebagaimana dalam Shahih Bukhari: Wahai Sa’ad bin Mu’adz saya mencium bau surga di balik bukit Uhud. Padahal ia sedang ada di Madinah, namun ia mencium bau surga karena kuatnya keyakinan mereka ra.
Ja’far berkata:
Duhai bagusnya mendekati surga
Enak dan sejuk minumannya
Sungguh, Romawi telah mendekati siksaannya
Jika aku menemuinya saya harus menyerangnya
Ketika para sahabat pergi ke bani Lihyan, mereka terjebak dalam pengepungan yang ketat dari Bani Lihyan dari kabilah Hudzail. 100 orang menghadapi 10 orang. Mereka berkata: Bergabunglah dengan kami. ‘Ashim bin Tsabit Al-Aqdah ra menjawab: Saya tidak mau bergabung dengan agama kafir. Namun mereka terus berusaha merayunya. Tapi ia tetap menolak dan mengatakan:
ما علـتي وأنـا جـلدٌ نـابلُ
Apa alasanku, sedang aku adalah orang yang perkasa dan mulia …
والقـوسُ فيـها وتٌر عنابلُ
Pun busur terpasang padanya senar yang kokoh …
الموتُ حقٌ والحياةُ باطلُ
Kematian adalah pasti sementara hidup adalah semu …
إن لم أقاتلكُم فأمي هـابلُ
Jika aku tidak memerangi kalian berarti ibuku mandul …
Semoga Allah meridhai mereka semua. Musibah kita menimpa tempat-tempat suci kita. Tidak seharusnya seorang muslim mengakuinya. Saya tutup dengan bait-bait syair tentang kondisi Baitul Maqdis dan Ka’bah Musyarrofah di Hijaz milik Rasulullah SAW:
أهالي فلسطينَ احتسوا أكأسَ الشجى
Keluargaku di Palestina menenggak gelas kesengsaraan …
وجرحُ حجازٍ فيكَ ما عادَ يضمرُ
Luka Hijaz tidak samar lagi bagimu …
وليــسَ بـنـي الإسـلام إلا نــجــائــبٌ
Bangsa Islam adalah bangsa yang mulia …
بجـرحكَ أضمتها المصـيبةُ ضمرُ
Karna lukamu, musibah yang menimpanya menjadi kecil …
ولـكنـهم رغـــمَ الجـراحِ يقـــيـنـهــم
Namun meski terluka, keyakinan mereka …
بـعـودةِ أمـجـادِ الخـلافـــةِ يـكـبـــرُ
akan kembalinya kejayaan Khilafah makin besar …
وقـد أقسـموا باللهِ أنّ جـهـادهــم
Dan mereka telah bersumpah atas nama Alloh bahwa jihad mereka …
سيـمضي ولو كـسرى تـحدى وقيصرُ
akan terus berlanjut meski Kisro (Persi) dan Kaisar (Romawi) menghadang …
Kita mengharap semoga Allah SWT menerima saudara-saudara kita yang telah meninggal sebagai syahid di jalan-Nya. Semoga Allah menganugerahi kita terbunuh di jalan-Nya agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi. Semoga Allah memperbaiki umat ini sehingga orang-orang yang taat kepada-Nya dimuliakan dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya dihinakan. Hal yang makruf diperintahkan dan hal yang mungkar dilarang. Sesungguhnya hanya Dialah yang mampu melakukannya.
Ya Allah saya memohon kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, kesucian diri dan kecukupan. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga shalawat dan keberkahan dilimpahkan kepada Muhammad, keluarga dan segenap sahabatnya. Akhir doa kami Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Hendaknya kalian berlaku jujur. Waspadalah dari sifat dusta.
(( إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ ))
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (jujur).” [QS. Al-Hujurat (49): 15].
Ya Allah langgengkan untuk kami nikmat kejujuran dan jadikan kami ke dalam golongan orang-orang yang jujur dengan ramat-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih.
Saya katakan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin di mana saja janganlah jadi orang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Jangnlah salah seorang dari kalian menjadi bunglon. Apabila manusia berbuat baik ia ikut berbuat baik dan apabila mereka berbuat buruk ia ikut berbuat buruk.” Kelak pada hari kiamat engkau akan dibangkitkan sendirian, diletakkan di kuburmu dan ditanya juga sendirian. Apa yang akan engkau katakan pada hari engkau ditanya tentang penelantaran laa ilaaha illallaah? Apa yang akan engkau katakan jika pertanyaan itu datang, apa yang membuatmu absent? Apa yang membuatmu absent? Padahal Allah SWT telah membuatmu kaya.
(( إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ وَهُمْ أَغْنِيَاء رَضُواْ بِأَن يَكُونُواْ مَعَ الْخَوَالِفِ وَطَبَعَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ )) .
“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).” [QS. At-Taubah (9): 93].
Mengenai bencana yang menimpa umat Islam pada hari ini bicaralah semaumu tidak ada masalah. Mereka duduk-duduk berpangku tangan tidak berjihad sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Keluarlah wahai hamba Allah. Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah yang laksana potongan-potongan malam yang gelap gulita. Gunakan kesempatanmu. Gunakan kesempatanmu untuk membuka pintu-pintu surga. Telah shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pedang itu penghapus berbagai kesalahan.” Orang yang mati syahid diampuni seluruh dosanya kecuali hutang. Sesungguhnya pedang itu, sesungguhnya pedang itu penghapus berbagai kesalahan.
Ikutilah Rasulullah SAW yang diutus dan dikirim kepada kita untuk mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya. Ilmu kita, ilmu semua manusia pemeluk dienul Islam berasal dari ilmu Rasulullah SAW. Jibril yang diberi amanah menyampaikan wahyu turun kepada beliau, apa yang beliau katakan? Beliau mengatakan dengan menggunakan bahasa Arab yang nyata dan jelas. Apa argument kalian, padahal Allah telah menjadikan kalian paham dan mengerti bahasa Arab?
Beliau SAW bersabda dalam hadits shahih sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari-Muslim dan yang lainnya, beliau Ash-Shadiq Al-Mashduq bersumpah: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya saya tidak memberatkan kaum Muslimin, saya tidak akan duduk-duduk di belakang pasukan yang berperang di jalan Allah selama-lamanya.” Bukankah kalian mengerti bahasa Arab? Manusia terbaik ini SAW bersumpah dengan nama Allah bahwa ia sekali-kali tidak akan duduk-duduk di belakang pasukan yang berperang di jalan Allah. Perbuatanmu memahami bahwa seolah-olah ada amalan-amalan lain yang lebih utama dari ini.
Front belum ada. Sampai ketika para ulama berfatwa di kesempatan yang lalu, banyak ulama kaum Muslimin yang berkumpul dan berfatwa bahwa jihad hukumnya fardhu ‘ain ketika Rusia masuk menyerang (Afghanistan). Apa argumenmu sampai engkau tidak berangkat. Apa argumenmu? Argumennya tidak lain adalah jiwa yang terpedaya, merasa berat dan merasa nyaman di tempatmu. “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya saya tidak memberatkan kaum Muslimin, saya tidak akan duduk-duduk di belakang (dalam riwayat lain: meninggalkan) pasukan yang berperang di jalan Allah selama-lamanya.”
Bagaimana dengan orang yang mengklaim bahwa ia mencintai Muhammad SAW dan mengklaim bahwa ia berada di atas manhaj Muhammad SAW tapi ia tidak pernah sekalipun berangkat (berjihad) di jalan Allah. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Di zaman jihad fardhu ‘ain, bagaimana kita mengambil dari orang yang duduk-duduk tentang fikih jihad. Fikih jihad itu, sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sang Alim Rabbani Mujahid, yang berangkat dengan jiwanya untuk memerangi pasukan Tartar, ia berkata: Dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan jihad –maksudnya fatwa dalam masalah jihad- seharusnya diambil dari ulama yang benar-benar ulama yaitu yang mengerti realitas dunia –yang diantaranya adalah masalah jihad- bukan berdasarkan pandangan orang yang memandang dengan dien secara lahir dan juga bukan berdasarkan ulama yang tidak punya ilmu tentang realitas keadaan dunia.
Saya berikan contoh sederhana untuk kalian. Di antara argument orang yang beralasan dan berudzur, ia mengatakan: Sekarang ini kami tidak punya kemampuan untuk menghadapi Amerika dan para tentaranya, hal itu karena ia berfatwa sedangkan ia jauh dari syarat-syarat yang seharusnya bagi seorang mufti. Seorang mufti harus paham …, sebagaimana ditetapkan para ulama, diantaranya Ibnul Qayyim rhm menyebutkan dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in, ia berkata: Seorang mufti dan hakim -sebelum berfatwa- harus paham fiq-hul waqi’, yaitu paham akan peristiwa yang terjadi dan menelitinya. Menyimpulkan dari perkara-perkaranya, meneliti indikasi-indikasinya dan tanda-tandanya. Kemudian syarat yang kedua (bagi mufti dan hakim sebelum berfatwa) adalah memahami kewajiban dalam keadaan dan realitas itu, yaitu hukum Allah SWT yang sesuai dengan peristiwa itu, baru kemudian berfatwa.
Anda belum pernah terjun dalam pertempuran masa kini, belum tahu bagaimana kekuatan kafir dihentikan dan bagaimana orang-orang beriman –yang yakin dengan janji Allah dan yakin bahwa apa yang di sisi Allah SWT itu lebih baik, yang yakin bahwa mereka pasti akan menemui Allah SWT- dalam jumlahnya yang sangat sedikit dan dengan persenjataan yang sederhana mampu mengalahkan Uni Sovyet.
Mereka menganalogikan tanpa punya data-data yang lengkap (tentang mujahidin). Ia mengatakan kepadamu: “Kan jumlah para pemuda sedikit, kita tidak mengenal senjata dengan baik, persenjataan kami sedikit.” Wahai hamba Allah, itu bukan urusan kalian. Sesungguhnya urusan fatwa adalah urusan yang sangat besar.
Ada hadits shahih dari Nabi kita SAW mengenai seorang lelaki yang pergi ke suatu kaum di zaman beliau SAW. Pada waktu itu kepalanya terluka dan ia sedang junub. Lalu ia bertanya kepada kaum tersebut tentang hukum keadaanya itu, apa yang harus dilakukannya. Mereka menjawab: Kamu harus mandi. Mereka berfatwa padahal ilmu syar’i mereka belum memadai tentang masalah ini. Mereka tidak memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit. Ketika mandi, ia meninggal ra. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah juga membunuh mereka.”
Maka bagaimana dengan orang yang pada hari ini tampil berfatwa, padahal puluhan ribu kehormatan kita dinodai di Bosnia Herzegovina. Beribu-ribu darah kita, darah saudara-saudara kita ditumpahkan dengan tank-tank anti peluru di Chechnya. Saudara-saudara kita dibakar di masjid-masjid di Indonesia. Anak-anak dan keluarga kita di Palestina disiksa dengan siksaan yang amat keji oleh tangan-tangan Yahudi.
Di mana saja kamu lihat Islam di suatu Negara
Kamu dapati seumpama burung yang patah sayapnya
Di mana-mana ada bencana. Apakah kita cukup sampai sekarang kita katakan (jihad hukumnya masih) fardhu kifayah. Siapa yang mengatakan (jihad hukumnya sudah) fardhu ‘ain pasti ditelantarkan dengan berbagai cara! Maka siapa saja yang dalam hatinya ada keimanan yang kuat ia akan mengikuti Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia.
Saya tutup penjelasan mengenai hadits yang agung ini dengan sifat yang diberikan Allah SWT kepada para sahabat yang mulia. Allah SWT menyifati sebagian mereka ketika kembali dari jihad, padahal dulunya ketika disiksa di Mekkah mereka meminta perang. Mereka tahu bahwa harus membalas kepada orang-orang kafir, karena kalau tidak maka mereka akan dibinasakan. Rasulullah SAW mengakhirkan permintaan mereka. Beliau memerintahkan agar menahan diri. Beliau berkata: “Saya belum diperintahkan untuk berperang.” Ketika Allah SWT mewajibkan perang kepada mereka, mereka ra menarik sikapnya. Allah Ta’ala berfirman:
(( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً )).
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya.” [QS. An-Nisa (4): 77].
Wahai para hamba Allah ini pada diri sebagian para sahabat yang mulia ra. Bertakwalah kepada Allah. Introspeksi dirimu. Ayat ini ditujukan kepada para sahabat yang mulia, maka bagaimana engkau merasa tenang dengan dirimu ketika engkau duduk-duduk berpangku tangan dari membela laa ilaaha illallaah?
(( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ )) .
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?".” [QS. An-Nisa (4): 77].
Inilah tipu daya jiwa dan merasa berat dan tenteram dengan tempat tinggal. Untuk apa engkau mengundur-undur dan terlambat? Sampai kepada beberapa waktu lagi. Apa yang akan terjadi? Alasan-alasan duniawi yang tidak pernah habis. Dan angan-anganmu lebih panjang daripada umurmu.
(( لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً ))
Lalu Allah SWT menjawabnya. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa sebabnya adalah tipu daya jiwa yang tergantung dengan kesenangan dunia yang hanya sebentar. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa itu hanya kesenangan dunia yang hanya sebentar. Maka Allah SWT mengarahkan mereka kepada kebaikan yang kekal abadi. Akhirat itu lebih baik daripada itu.
(( قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً ))
Kemudian Allah SWT memberitahu mereka dengan ayat yang sangat tegas.
(( أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ))
Syaitan selalu memperdayamu, menakut-nakuti para wali-Nya. Ia berkata padamu: “Kalau kamu pergi kamu akan terbunuh.” Maka datanglah ayat ini.
(( أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ )) .
Saya berharap kepada Allah SWT agar melapangkan dada kaum mukminin untuk berjihad di jalan-Nya dan memantapkan kita dan kalian di atas manhaj Muhammad SAW dalam semua perintah dan urusannya dan dalam semua sunnahnya SAW.
Saya ingin menyemangati diriku dengan beberapa perkataan. Dan saya ingin menyemangati kaum Muslimin agar kita bisa terus-menerus berada di atas jalan ini untuk mengingatkan kita kepada manhaj salaf ra. Dahulu mereka memiliki syair-syair tentang pertempuran dan perang. Di antaranya adalah perkataan Ja’far ra ketika perang telah menghancurkan para sahabat, dentingan pedang betautan keras, debu-debu beterbangan dan teriakan-teriakan menyelimuti mereka. Hatinya melihat sebagaimana Anas bin Nadhr. Ja’far berkata kepada Sa’ad sebagaimana dalam Shahih Bukhari: Wahai Sa’ad bin Mu’adz saya mencium bau surga di balik bukit Uhud. Padahal ia sedang ada di Madinah, namun ia mencium bau surga karena kuatnya keyakinan mereka ra.
Ja’far berkata:
Duhai bagusnya mendekati surga
Enak dan sejuk minumannya
Sungguh, Romawi telah mendekati siksaannya
Jika aku menemuinya saya harus menyerangnya
Ketika para sahabat pergi ke bani Lihyan, mereka terjebak dalam pengepungan yang ketat dari Bani Lihyan dari kabilah Hudzail. 100 orang menghadapi 10 orang. Mereka berkata: Bergabunglah dengan kami. ‘Ashim bin Tsabit Al-Aqdah ra menjawab: Saya tidak mau bergabung dengan agama kafir. Namun mereka terus berusaha merayunya. Tapi ia tetap menolak dan mengatakan:
ما علـتي وأنـا جـلدٌ نـابلُ
Apa alasanku, sedang aku adalah orang yang perkasa dan mulia …
والقـوسُ فيـها وتٌر عنابلُ
Pun busur terpasang padanya senar yang kokoh …
الموتُ حقٌ والحياةُ باطلُ
Kematian adalah pasti sementara hidup adalah semu …
إن لم أقاتلكُم فأمي هـابلُ
Jika aku tidak memerangi kalian berarti ibuku mandul …
Semoga Allah meridhai mereka semua. Musibah kita menimpa tempat-tempat suci kita. Tidak seharusnya seorang muslim mengakuinya. Saya tutup dengan bait-bait syair tentang kondisi Baitul Maqdis dan Ka’bah Musyarrofah di Hijaz milik Rasulullah SAW:
أهالي فلسطينَ احتسوا أكأسَ الشجى
Keluargaku di Palestina menenggak gelas kesengsaraan …
وجرحُ حجازٍ فيكَ ما عادَ يضمرُ
Luka Hijaz tidak samar lagi bagimu …
وليــسَ بـنـي الإسـلام إلا نــجــائــبٌ
Bangsa Islam adalah bangsa yang mulia …
بجـرحكَ أضمتها المصـيبةُ ضمرُ
Karna lukamu, musibah yang menimpanya menjadi kecil …
ولـكنـهم رغـــمَ الجـراحِ يقـــيـنـهــم
Namun meski terluka, keyakinan mereka …
بـعـودةِ أمـجـادِ الخـلافـــةِ يـكـبـــرُ
akan kembalinya kejayaan Khilafah makin besar …
وقـد أقسـموا باللهِ أنّ جـهـادهــم
Dan mereka telah bersumpah atas nama Alloh bahwa jihad mereka …
سيـمضي ولو كـسرى تـحدى وقيصرُ
akan terus berlanjut meski Kisro (Persi) dan Kaisar (Romawi) menghadang …
Kita mengharap semoga Allah SWT menerima saudara-saudara kita yang telah meninggal sebagai syahid di jalan-Nya. Semoga Allah menganugerahi kita terbunuh di jalan-Nya agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi. Semoga Allah memperbaiki umat ini sehingga orang-orang yang taat kepada-Nya dimuliakan dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya dihinakan. Hal yang makruf diperintahkan dan hal yang mungkar dilarang. Sesungguhnya hanya Dialah yang mampu melakukannya.
Ya Allah saya memohon kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, kesucian diri dan kecukupan. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga shalawat dan keberkahan dilimpahkan kepada Muhammad, keluarga dan segenap sahabatnya. Akhir doa kami Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
0 Comments :
Posting Komentar