Hati ibarat raja. Hati ibarat mesin. Itulah ungkapan yang sering kita dengar bahkan kita ucapkan. Sebenarnya hal itu pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam sebuah sabdanya,
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
yang artinya, "(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat."
Ada tiga hal yang bisa kita lakukan ketika ingin menjaga hati kita selamat, atau bersih. Ketiga hal tersebut adalah:
1. Berdoa kepada Allah
Sesungguhnya semua yang ada di dunia ini berada dalam kekuasaan Allah. Allah yang Mahakuasa mampu melakukan apa saja sesuai kehendaknya. Pun terhadap hati manusia. Sementara itu, manusia adalah makhluk yang fakir. Tidak bisa apa apa kecuali atas hidayah dan taufik dari Allah, termasuk dalam menjaga hati. Karenanya berdoa menjadi senjata kaum muslimin untuk menjadikan hatinya selamat. Tetap berada dalam jalanNya dan teguh dalam ketaatan kepadaNya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa; “Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik” [Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu] (HR. Muslim no. 2654).
2. Membaca al-Quran
Hidup di dunia ini ibarat berada dalam hutan lebat belantara. Orang akan tersesat apabila tidak ada jalan atau petunjuk yang mengarahkannya. Al-Quran adalah nur. Dia akan menerangi jalan yang hendak dilalui manusia. Dia juga huda, petunjuk yang akan mengarahkan dan menunjukkan manusia jalan jalan yang diridloi Allah dan jalan jalan yang dimurkaiNya. Karenanya, selayaknyalah kalau manusia membaca al-Quran agar dia dapat membedakan mana jalan yang harus dilaluinya dan jalan yang harus dihindarinya.
إِنَّ هذَهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ قِيْلَ فَمَا جَلاَؤُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Ditanyakan, ‘Apa pembersihnya wahai Rasulallah?’ Rasul menjawab, ‘Membaca al-Quran’.” (H.R. al-Qadlā’iy).
3. Menghindari Perbuatan Dosa dan Istighfar serta Bertaubat atas dosa yang telah dilakukannya.
Ibarat sebuat kaca, itulah hati. Kalau dia bersih tiada debu atau dekil yang menghalanginya maka dia bisa melihat semuanya. Tetapi apabila kaca yang jernih itu sudah diliputi debu, maka sesuatu yang besar pun menjadi tidak terlihat. Maka menjaga kaca dari debu dan selalu membersihkannya adalah syarat untuk bisa melihat sesuatu di balik kaca jernih itu.
Demikian juga hati, ia akan bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk kalau hatinya bersih. Tapi kalau hatinya kotor ia tidak akan mampu melakukan hal itu. Bahkan bisa jadi dia akan melakukan kejelekan tetapi menganggapnya sebagai kebaikan dan sebaliknya.
Hal yang bisa menghalangi dan menutupi hati adalah perbuatan jelek dan maksiat. Sedangkan hal yang bisa membersihkan hati adalah kebaikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka.’ (QS.al-Muthaffifin: 14).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Setelah mengetahui tiga hal di atas semoga kita termasuk orang yang dimudahkan oleh Allah dalam menjaga hati kita sehingga sampai akhirnya nanti kita bisa menghadap kepada Allah dengan hati yang selamat.
0 Comments :
Posting Komentar