Sering terdengar ungkapan Pengalaman Adalah Guru Terbaik. Kalimat itu mengandung makna bahwa dalam hidup ini dibutuhkan bekal pengalaman agar kita dapat menjalani kehidupan dengan baik. Dengan begitu, kesalahan yang pernah dilakukan tidak terulang kedua kalinya. Dalam artian, kita jangan sampai terjerumus ke lubang yang sama dua kali.
Pengalaman merupakan bekal yang sangat penting dalam hidup kita. Atau, kejadian atau peristiwa yang telah terjadi dan kita alami pada masa lampau, kita jadikan sebagai pelajaran atau peringatan untuk menuju langkah perjalanan hidup berikutnya.
Dengan begitu, kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup kita pada masa depan dan jika itu merupakan hal buruk, kita tidak perlu menyesalinya. Kita cukup menjadikannya sebagai suatu pembelajaran agar kita menjadi lebih baik di masa depan.
Mengalami dapat menjadi pendidikan yang paling baik. Tanpa mengalami, seseorang tidak akan pernah banyak belajar.
Sudah hampir setahun kita hidup dalam suasana pandemi virus korona. Sungguh tak nyaman dan kadang penuh ketakutan. Namun, percayalah, bahwa selalu banyak pelajaran bagi orang beriman.
Memang kehidupan manusia senantiasa dihiasi dengan berbagai ujian. Karena itu, belajarlah dari semua pengalaman. Sedih dan bahagia dipergilirkan, senyum dan tawa datang dan pergi.
Manusia diuji dengan kenikmatan agar bersyukur, manusia dilatih dengan musibah agar bersabar. Sudah semestinya, syukur, sabar, ikhlas, dan tawakal menjadi modal mengarungi bahtera kehidupan.
Allah berfirman, "...Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS Ali Imran: 140).
Sepanjang perjalanan kehidupan akan banyak hal yang ditemui. Setiap yang dialami hendaknya dijadikan pelajaran dan kenangan.
Apabila menemui kepedihan, kepedihan itu kita jadikan sebagai suluh semangat. Apabila kita menjumpai kebencian, kebencian itu kita jadikan sebagai pemantik keberanian.
Apabila kita merasakan kebahagiaan, kebahagiaan itu kita jadikan sebagai tabungan. Ketika kita sedih menghujam, kita ambil tabungan kebahagiaan tersebut untuk ditaruh pada jiwa agar luka tidak dalam dan menganga.
Itulah dinamika kehidupan manusia. Itulah sebabnya, kita belajarlah dari benci, pedih, kalah, menang, dan bahagia dan seterusnya sebagai guru pengalaman paling berharga.
Melalui kekalahan, kita belajar tentang bangkit dari keterpurukan, menerima kekalahan, dan berdamai. Dari kemenangan, kita belajar tentang proses meraihnya, menghargai siapa pun yang ikut serta terlibat.
Kemudian, kita rayakan kemenangan tersebut sebagai tabungan optimisme di kala hantaman ujian mendera, agar pesimisme tidak mendominasi diri. Rasa benci mengajarkan kita lapang dada serta mengakui kelemahan diri.
Allah berfirman, "... Namun, boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216).
Itulah sebabnya kita harus yakin bahwa kemudahan akan selalu datang bersama kesulitan. Bersama usaha selalu terdapat harapan. Ada waktu yang tepat untuk setiap kejadian karena Allah telah mendesain mana yang terbaik untuk makhluk ciptaan-Nya
Ketika kesulitan telah memuncak, jangan pernah dikuasai oleh keputusasaan. Sediakan tempat besar untuk mengumpulkan kekuatan. Ketika bahagia terus bersama, perbanyaklah bersyukur dan jangan terlena hingga lupa.
0 Comments :
Posting Komentar