Bukti Cinta Kepada Allah


Mendekatkan diri kepada Allah, bertakwa, dan mencintai Allah Ta’ala adalah pondasi utama agama Islam. Karenanya setiap orang islam dituntut untuk berusaha menumbuhnkan dalam dirinya perasaan cinta kepada Allah hingga Allah pun mencintainya. Cinta kepada Allah hukumnya wajib bagi setiap muslim. 

Keimanan dan ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan kecintaan dia kepada Allah dan RasulNya. Semakin dia mencinta Allah berarti semakin tinggi pula iman dan taqwanya kepada Allah dan sebaliknya. 

Tanda-tanda kecintaan ini akan nampak di hati dan anggota badan pemiliknya, layaknya sebuah pohon yang buahnya berlimpah menandakan bahwa pohon tersebut tumbuh dengan baik dan subur.

Apakah kita cinta Allah atau seberapa besar cinta kita kepada Allah, berikut bukti bukti cinta kepada Allah.

Pertama, Tidak pernah lupa kepada Allah dimana, kapan dan dalam kondisi apa pun.

Kondisi demikian menyebabkan seseorang akan merasakan kesejukan saat dia bisa berdekatan dengan Allah. Sebagaimana orang yang dilanda cinta, ia akan merasa ketenteraman dan kesejukan saat berada dekat dengan yang dicintai, bahkan dia tidak mau berpisah dengan yang dicintai, saking tenteram dan sejuknya dia  bersamanya. Dan bagi seorang muslim, saat itu adalah saat saat dia sedang melakukan shalat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُعَاءَ


“Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.” (HR. Muslim no. 482)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,


حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ


“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian (yaitu) wanita-wanita (istri-istri beliau) dan wewangian. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam salat.” (HR. An-Nasa’i no. 3939, Ahmad no. 14069 dan Baihaqi no. 13836)

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Waabil As-Sayyib menjelaskan,

“Siapa yang hatinya menjadi sejuk karena melaksanakan salat di dunia, di akhirat kelak hatinya akan bahagia dan sejuk karena kedekatannya dengan Allah Ta’ala, bahkan di dunia pun hatinya akan menjadi lebih nyaman dan tentram. Siapa yang senang dan bahagia dengan beribadah kepada Allah Ta’ala, maka hatinya akan menjadi tenang. Dan siapa yang hatinya tidak senang dan bahagia dengan Allah Ta’ala, maka di dunia ini hatinya akan senantiasa dipenuhi kesedihan dan patah hati.”

Kecintaan seorang manusia ini berbanding lurus dengan nikmat tertinggi yang akan dia dapatkan besok di surga.

Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ


“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?” Maka mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?” Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah ‘azza wa jalla.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut di atas (Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya). (HR. Muslim, no. 181)

Dalam ayat lainnya disebutkan,

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

“Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf: 35). Tambahan di sini maksudnya, Allah akan menampakkan wajah pada mereka setiap hari Jumat (di akhirat nanti). Demikian diterangkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir.

Kedua, Sabar di atas ketaatan dan saat mendapatkan musibah

Kesabarah adalah pembuktian kecintaan yang paling besar

Allah Ta’ala mengisahkan Nabi Ayyub ‘alaihissalam saat ia diberi ujian oleh Allah Ta’ala,


إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ


“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Sad: 44)

Imam Al-Halimi rahimahullah mengatakan,

مَنْ أَحَبَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يُعِدَّ المَصَائِبَ الَّتِي يَقْضِيهَا عَلَيْهِ إِسَاءَةً مِنْهُ إِلَيْهِ، وَلَمْ يَسْتَثْقِلْ وَظَائِفَ عِبَادَتِهِ وَتَكَالِيفَهُ المَكْتُوبَةَ عَلَيْهِ


“Barangsiapa mencintai Allah Yang Mahatinggi, ia tidak akan lagi menganggap bencana yang menimpanya sebagai bentuk penghinaan-Nya atas dirinya. Ia juga tidak menganggap berat kewajiban ibadah dan beban tanggung jawab yang Allah tuliskan kepada-Nya.”

Ketiga, Rasa Takut kepada Allah dalam kesendirian maupun dalam kondisi ramai

Dalam kesendirian hatinya menjadi takut dan air matanya pun bercucuran karena rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Mereka layak mendapatkan kasih sayang Allah berupa naungan-Nya di hari kiamat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: (وَمِنْهَا) رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya: (salah satunya) seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 1031)

Keempat, Mencintai Al Quran Sepenuh Hati

Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

مَنْ كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَلْيَعْرِضْ نَفْسَهُ عَلَى القُرْآنِ؛ فَإِنْ أَحَبَّ القُرْآنَ فَهُوَ يُحِبُّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنَّمَا القُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ


“Siapa yang ingin mengetahui apakah ia benar-benar mencintai Allah ‘Azza Wajalla, maka biarkan dirinya di hadapan Al-Qur’an. Jika ia mencintai Al-Qur’an, maka ia juga mencintai Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Al-Qur’an merupakan kalamullah.” (AS-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad rahimahullah)

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Demikianlan empat hal yang bisa membuktikan bahwa seseorang cinta kepada Allah. Bagaimana dengan kita?

About Al Inshof

Al Inshof adalah blog yang memberikan kejernihan dalam menimbang hidup. Islam adalah agama tengah tengah. Tidak berlebih lebihan namun juga tidak menyepelekan.

0 Comments :

Posting Komentar