Jakarta – alinshof.blogspot.com - Rakyat Kabupaten Jember jumlahnya 2 juta orang
atau lebih semuanya Sunni, hanya beberapa gelintir saja yang syi’ah
belum sampai setengah persennya, mereka sudah berani membunuh Sunni.
Bagaimana nanti kalau sampai mereka mencapai 5 persen? Tidak mustahil
jika para kyai Sunni akan dibantai.
Demikian itu diungkapkan Direktur Yayasan Pesantren Al Islam Ustadz Farid Achmad Okbah kepada sejumlah jurnalis Muslim, di Jakarta, Kamis (12/9/2013) ketika membacakan pesan singkat yang terima dari seorang tokoh Kiyai di Jember.
“Ini merupakan suatu sinyal peringatan kepada pemerintah dan tokoh-tokoh kalangan Ahlus Sunnah, bahwa gejala bentrokan ini pertama kalinya juga bukan hanya di Jember. Sudah terjadi sebelumnya di Sampang, Bangil, dan beberapa kali ditempat lain” katanya.
Lanjut ustadz Farid, potensi bentrokan yang sudah terjadi dibanyak tempat tersebut, jika tidak segera dicarikan solusinya dikhawatirkan akan melebar ke wilayah yang lebih luas. Ia berharap pemerintah dan tokoh umat Islam untuk mewaspadai persoalan Syiah ini yang merupakan pemicu dari gesekan sosial itu.
“Saya sudah sejak lama mengingatkan, tapi tidak ditanggapi dan digubris. Padahal, kita tahu Syiah ini persoalan ideologi yang keras, mereka mengkafirkan orang selain Syiah. Jangankan umat Islam, Sahabat Nabi saja dikafirkan, mereka ini lebih takfiri (Mudah memvonis kafir), inilah yang memicu bentrok dimana-mana,” paparnya.
Selain tercantum di dalam banyak data terkait kerasnya ideologi takfir Syiah, kata ustadz Farid, sikap keras tersebut juga terbukti dalam realita. Bagaimana, 100.000 lebih Ahlus Sunnah dibantai oleh pihak Syiah di Irak.
“Seharusnya peristiwa bentrokan dan pembantaian yang dilakukan Syiah di Irak, Bahrain, di Pakistan menjadi pelajaran buat kita di Indonesia. Sebagaimana dulu pak Natsir pernah bilang bahwa Syiah ini adalah bom waktu” tutur Ustadz Farid.
Lebih dari itu, ia menilai Syiah lebih berbahaya dari narkoba. Sebab, Syiah merusak secara manusia secara ideologis dibandingkan dengan narkoba yang hanya merusak kesehatan.
“Bahkan, kanker Syiah ini sudah menyebar kemana-kemana yang suatu saat meledak dan menjadi bencana besar di Indonesia,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok berdarah pecah di desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, antara warga Ahlus Sunnah dengan pengikut Syiah. Peristiwa bermula dari provokasi pendukung Habib Ali bin Umar Al-Habsyi penganut syi’ah yang memaksa diri mengadakan kegiatan karnaval 17 Agustus. Padahal, polisi tidak memberi izin dan wargapun menolaknya.
Bentrokan berdarah itu menyebabkan seorang warga bernama Eko Mardi (27) meninggal dunia. Korban merupakan saksi kunci pada peritiwa pemukulan terhadap warga oleh pengikut syi’ah pada Mei 2012. Selain itu dua masjid dirusak,puluhan perahu dan rumah warga hancur (sumber:kiblat.net)
Demikian itu diungkapkan Direktur Yayasan Pesantren Al Islam Ustadz Farid Achmad Okbah kepada sejumlah jurnalis Muslim, di Jakarta, Kamis (12/9/2013) ketika membacakan pesan singkat yang terima dari seorang tokoh Kiyai di Jember.
“Ini merupakan suatu sinyal peringatan kepada pemerintah dan tokoh-tokoh kalangan Ahlus Sunnah, bahwa gejala bentrokan ini pertama kalinya juga bukan hanya di Jember. Sudah terjadi sebelumnya di Sampang, Bangil, dan beberapa kali ditempat lain” katanya.
Lanjut ustadz Farid, potensi bentrokan yang sudah terjadi dibanyak tempat tersebut, jika tidak segera dicarikan solusinya dikhawatirkan akan melebar ke wilayah yang lebih luas. Ia berharap pemerintah dan tokoh umat Islam untuk mewaspadai persoalan Syiah ini yang merupakan pemicu dari gesekan sosial itu.
“Saya sudah sejak lama mengingatkan, tapi tidak ditanggapi dan digubris. Padahal, kita tahu Syiah ini persoalan ideologi yang keras, mereka mengkafirkan orang selain Syiah. Jangankan umat Islam, Sahabat Nabi saja dikafirkan, mereka ini lebih takfiri (Mudah memvonis kafir), inilah yang memicu bentrok dimana-mana,” paparnya.
Selain tercantum di dalam banyak data terkait kerasnya ideologi takfir Syiah, kata ustadz Farid, sikap keras tersebut juga terbukti dalam realita. Bagaimana, 100.000 lebih Ahlus Sunnah dibantai oleh pihak Syiah di Irak.
“Seharusnya peristiwa bentrokan dan pembantaian yang dilakukan Syiah di Irak, Bahrain, di Pakistan menjadi pelajaran buat kita di Indonesia. Sebagaimana dulu pak Natsir pernah bilang bahwa Syiah ini adalah bom waktu” tutur Ustadz Farid.
Lebih dari itu, ia menilai Syiah lebih berbahaya dari narkoba. Sebab, Syiah merusak secara manusia secara ideologis dibandingkan dengan narkoba yang hanya merusak kesehatan.
“Bahkan, kanker Syiah ini sudah menyebar kemana-kemana yang suatu saat meledak dan menjadi bencana besar di Indonesia,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok berdarah pecah di desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, antara warga Ahlus Sunnah dengan pengikut Syiah. Peristiwa bermula dari provokasi pendukung Habib Ali bin Umar Al-Habsyi penganut syi’ah yang memaksa diri mengadakan kegiatan karnaval 17 Agustus. Padahal, polisi tidak memberi izin dan wargapun menolaknya.
Bentrokan berdarah itu menyebabkan seorang warga bernama Eko Mardi (27) meninggal dunia. Korban merupakan saksi kunci pada peritiwa pemukulan terhadap warga oleh pengikut syi’ah pada Mei 2012. Selain itu dua masjid dirusak,puluhan perahu dan rumah warga hancur (sumber:kiblat.net)
0 Comments :
Posting Komentar