Abd. Azzam Al-Qahtani Dalam sesi wawancara bersama TV Al-Arabiya |
Pria ini disebut-sebut sebagai penghubung Syaikh Aiman Al-Zawahiri.
Ia berasal dari Saudi dan bernama lengkap Abdullah Azzam Saleh
MisfarAl-Qahthani. Abdullah Azzam mengenyam pendidikan kampus di
Univeritas Raja Faishal fakultas manajemen administrasi, setelah itu
melanjutkan di akedemi polisi selama dua tahun. Kemudian, ia menjabat
sebagai petugas di Kementerian Dalam Negri Pertahanan Sipil.
Abdullah belum berkeluarga, ia belum mempunyai isteri. Selama ia
bergabung di Al-Qaidah, ia belum pernah menghubungi kedua orangtuanya
dikarenakan statusnya dan hambatan komunikasi.
Dalam kasus persidangan yang ia hadapi karena dituduh akan melakukan
serangan pada perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika, ia divonis mati,
meski telah diberikan pengacara sukarela yang telah dipilih oleh
pengadilan sebagai tim pembela.
Ia melakukan perjalanan untuk bergabung dengan Al-Qaidah Irak dengan
menyebrangi Suriah menuju Irak, melalui perbatasan Irak Suriah yaitu
Anbar. Perjalanan tersebut memakan waktu empat atau lima hari. Dan
ketika sampai di Irak, ia bertemu dengan petugas khusus menerima
mujahidin dari Arab.
Ia memulai peran di Al-Qaidah sebagai pejuang layaknya infantri atau
pasukan yang biasa melakukan bentrok senjata dengan musuh. Kemudian di
dipercayakan memangku jabatan sebagai Penanggungjawab keamanan Baghdad
oleh Al-Qaidah.
Tugas dari penanggungjawab keamanan ini adalah menjaga keamanan
wilayah, keamanan jaringan dari dalam, menjaga informasi dan data–data
personel serta menjaga jaringan dari penyusupan atau operasi intelijen.
Kinerja dan Keamanan Tanzhim Al-Qaidah]
Ketika ditanya tentang komunikasi antarwilayah, Abdullah mengakui
bahwa komunikasi hampir tidak pernah dilakukan. Dalam artian mereka
fokus pada wilayah operasi mereka.
“Komunikasi bisa dibilang hampir tidak ada, kenapa? Karena tidak ada keperluan untuk komunikasi. Adapun informasi khusus, baik itu yang berkaiatan dengan ibu kota atau personel. Banyak orang tidak tahu,” tutur pemuda asal Saudi ini.
Berkaitan dengan penjara, masing-masing penjara milik tanzhim
Al-Qaidah berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lain tergantung
situasi dan kondisi lapangan serta kemampuan finasial. Hukuman yang
diberlakukan bukanlah semata–mata eksekusi mati, melainkan hukum syar’i.
Jika terbukti bersalah, amir yang kemudian mengambil kebijakan untuk
dieksekusi mati.
Dalam menentukan penanggungjawab pun tidak tunduk pada satu kriteria.
Abdullah mengakui bahwa hal itu diberikan kepada yang berwenang yang
memiliki kapabilitas dan diakui oleh beberapa orang tentang
kemampuannya.
Saat ditanya tentang cara kerja tanzim Al-Qaidah, apakah sentralisasi atau demokrasi?
“Defenisi desentralisasi berbeda dengan demokrasi. Ya kita bekerja secara desentralisasi” tutur Al-Qahthani. Ya, memang demokrasi memiliki desentralisasi dalam cara kerja. Namun secara prinsip dia adalah kedaulatan di tangan rakyat yang bertentangan dengan tauhid.
“Masalah kesusupan. Misal ada penyusupan (intelijen) baik itu tanzim Al-Qaidah atau Daulah Islam Irak. Itu tidak benar. Jika memang terjadi, ya kalau terjadi, maka hal itu sangat sangat sangat terbatas” ungkap pria kurus itu saat ditanya tentang penyusupan dalam Al-Qaidah.
Mereka tahu dengan pasti bahwa memang ada pasukan AS dan Irak yang
memiliki intelijen. Bahkan pengakuan Abdullah tidak hanya intelijen dua
Negara itu saja yang berada di Irak. Rusi, Jerman, Cina dan lainnya.
Tetapi kok ada penangkapan terhadap personel Al-Qaidah. Bagaimana ini
bisa terjadi?.
“Belum ada informasi jelas bagi saya kalau ada penyusupan. Kalau pun ada penangkapan. Itu adalah takdir Allah karena kondisinya yang berbeda” ungkap Abdullah.
Bantahan Atas Isu-Isu miring tentang Al-Qaidah
Presenter memulai dengan menyinggung permasalahan secara umum, belum
masuk secara parsial atau isu spesifik. Ketika ia bertanya kepada
Abdullah tentang apakah kamu tidak berfikir bahwa kamu masuk di suatu
organisasi yang mungkin ada salahnya atau sangat berpegang pada prinsip
atau ada penyimpangan.
“Engkau tanya banyak tentang berbagai tema. Tapi anda bilang tadi masalah kesalahan. Media memfokuskan dan musuh – musuh mujahidin , baik itu di Al-Qaidah, Daulah Islam Irak atau lainnya. Karena tidak hanya mujahidin Al-Qaidah dan Daulah Islam Irak saja di sana. Ada banyak mujahidin yang tidak berafiliasi kepada keduanya.” Tutur Abdullah sebagai pembuka.
Mujahidin Irak juga tidak memberlakukan sabaya (yaitu wanita
yang ditangkap kemudian dijadikan budak). Hanya ghanimah saja yang
mereka ambil dari musuh. Saat ditanya, siapa saja yang bisa dijadikan
ghanimah hartanya.
“Siapa yang dikafirkan Al-Qur’an dan Sunnah, yang dikafirkan Alllah dan Rasul-Nya shllallahu ‘alaihi wasallam maka boleh hartanya dijadikan ghanimah. Ini menurut Al-Qur’an dan Sunnah,” ungkap Al-Qahthani.
Kemudian presenter bertanya tentang polisi dan aparat yang masuk
dalam kategori pemerintah yang diambil hartanya serta operasi lain.
“Operasi-operasi yang tidak diakui oleh Al-Qaidah (melalui penyataan media), jangan anda sandarkan kepadanya. Sedangkan banyak operasi-operasi yang ada di pandangan media dan jurnalis kemudian diberitakan media, yang sebenarnya tidak dilakukan oleh Al-Qaidah, kemudian disandarkan kepadanya. Banyak operasi bom mobil yang tidak diakui oleh Al-Qaidah ataupun Daulah Islam Irak. Dan Al-Qaidah tidak pernah mengulur- ulur waktu dalam memberitakan operasi yang ia lakukan.
Banyak operasi – operasi, baik itu di Baghdad atau lainnya, bukan dari Daulah Islam Irak. Tapi dilakukan oleh para pembegal (Quththo’uththuruq). Mereka banyak beroperasi dengan nama tanzim Al-Qaidah. Dan kelompok-kelompok itu tersebar di Irak sebelum dan sesudah adanya Al-Qaidah. Jangan anda sandarkan semua pembunuhan, perampasan, ata bahkan bom mobil kepada Al-Qaidah atau Daulah Islam Irak.”
Begitu juga saat ditanya tentang korban warga sipil.
“Masalah istilah warga sipil. Ahlul ilmu memiliki banyak pendapat yang kembali pada kitab-kitab ahlul ilmi. Namun masalah orang-orang yang jadi korban karena operasi mujahidin. Kenapa mereka mempermasalahkan orang-orang yang jadi korban karena mujahidin. Tapi kalau pasukan asing kafir, baik AS atau NATO atau lainnya, yang banyak mati kenapa pada diam?” ujar Abdullah dengan tenang.
Jaringan Al-Qaidah Iraq |
Presenter mencoba membantah bahwa ada LSM atau aktivis HAM yang
mengutuk perbuatan itu dan merasa sedih sebagaimana kalian. Kemudian
Abdullah melanjutkan jawabannya:
“Jika terjadi perang, maka harus ada korban. Di Irak, Yaman, Saudi, Afghanistan, Somalia, Washington dan Asutralia. Baik itu perang aqidah, ekonomi, apapun perang itu. Baik kejatuhan roket, bom pasti ada korban. Saya tidak meremehkan darah dan menghalakannya. Tapi kita harus rela adanya korban pada saat perang. Ada hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhu dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu bahwa ada pasukan yang keluar dari Irak menuju jazirah kemudian mereka ditenggelamkan. Namun ada orang – orang bukan dari mereka juga ikut ditenggelamkan. Terus apa jawaban Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan dibangkitkan menurut niat mereka masing – masing. Jadi secara lazim kalau perang mesti ada korban. Sekali lagi saya tidak meremehkan darah. Apalagi saya ayo lanjutkan, ayo tambah lagi korban.” Tegas Abdullah.
Kemudian sebagai penutup masalah ini, Abdullah menyatakan,
“Al-Qaidah punya pemikiran, punya manhaj, punya planning yang ia jalankan. Ia punya metode khusus. Adapun Al-Qaidah menaruh tangannya di atas tangan orang lain (antek – antek zionis atau konspirasi.red) maka berikan saya bukti yang pasti bukan sekedar dugaan, ” ujar Abdullah.
Sumber Pendanaan Al-Qaidah
Ketika ditanya tentang sumber pendapatan Al-Qaidah. Karena sebuah
organisasi pasti ada pembiayaan. Apa jawaban Abdullah Al-Qahtani ini:
“Saya tidak pernah mengira dan menyangka bahwa rakyat Irak sangat dermawan dengan apa yang saya lihat. Bahkan lebih dari shadaqah mereka. Banyak dari mereka membagi – bagikan roti,” tegas Abdullah.
Ketawadhu’an Seorang Mujahid
Seseorang melakukan sesuatu tentu memiliki alasan mengapa ia sampai
melakukan hal itu. Alasan pun bisa dari berbagai aspek. Begtu pula
dengan Abdullah Azzam Al-Qahthani. Ia pergi ke Irak, apalagi bergabung
dengan komunitas “Angkat Senjata”, tentu ia punya alasan.
“Irak adalah Negara muslim. Pasukan Amerika masuk ke sana dan menjajah muslimin. Dan dari aspek agama, kita menolong kaum muslimin. Maka adalah tujuan kami di sana adalah menolong kaum muslimin” ujar mantan aparat Saudi itu.
Ketika ditimpali oleh presenter apakah kalian sudah menolong muslimin di Irak?
Subhanallah, jawaban yang keluar adalah jawaban ketawadhu’an.
“Wallahu a’lam. Saya tidak bisa berkata – kata tentang sesuatu dalam keputusan Allah Azza wa Jalla. Kadang saya berbuat baik, kadang saya salah. Tapi saya yakin telah berbuat baik atas izin Allah.” Jawab Abdullah.
Sementara itu mengenai perkembangan pergolakan di Irak antara Daulah
Islam Irak dan musuh-musuhnya, Abdullah mengungkapkan bahwa perang
adalah persaingan. Kadang kita kuat, kadang kita lemah. Pada suatu masa
kita menguasai suatu daerah, dan pada masa lainnya kita mundur dari
daerah itu. Tergantung kondisi dan takdir Allah Azza wa Jalla.
[benji/voa-islam)
0 Comments :
Posting Komentar