Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah,  Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul yang  diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, keluarga dan para sahabatnya.
Bermacam bentuk aksi jihad yang  dilakukan kaum muslimin sebagai pembelaan kepada agamanya dan perlawanan  terhadap kekufuran dan kemungkaran. Hanya saja, sebagian aksi tersebut   tidak diikuti dengan pertimbangan syar'i dan strategi yang matang.
  Kurang memperhatikan Fiqih Syar'i dan fikih realitas sehingga lebih banyak menimbulkan kemudharatan daripada kemaslahatan.Satu kata yang disepakati, jihad sangat  dibutuhkan umat ini. Ia menjadi syarat kemuliaannya. Tanpa jihad, pasti  umat ini dihinakan dihadapan umat-umat yang lain. Namun, jihad tersebut  bukan sembarang jihad. Jihad yang ditegakkan dengan ikhlas dan benarlah  yang dapat meninggikan kalimatullah.
Dalam pelaksanaan jihad, khususnya jihad  modern sekarang ini, sangat dibutuhkan keluasan ilmu dan pemahaman akan  realitas sehingga pertimbangan dalam mengambil keputusan matang. Bukan  hanya melihat ini boleh atau disyariatkan saja, tapi lebih dari itu  harus mempertimbangkan juga fikih aulawiyah (priorotas), mana yang lebih  mendesak dan lebih mendatangkan manfaat. Keputusan yang diambil harus  dipertimbangkan benar-benar menjanjikan kemanfaatan bagi jihad dan  mujahidin. Bukan sebaliknya, aksi jihad malah mencoreng nama baik jihad  dan kaum mujahidin. Jika demikian, maka jihad semacam ini tidak boleh  dilakukan. Ingatlah, terdapat dalam Shahihain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam  menolak usulan sebagian sahabat untuk membunuh kaum munafikin yang  sudah menampakkan kenifakannya. Semua itu dilakukan untuk melunakkan  hati manusia dan untuk mencegah rusaknya citra beliau dan kaum muslimin.  Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Biarkan mereka (agar) manusia tidak membicarakan bahwa Muhammad membunuh para sahabatnya."
. . . jihad sangat dibutuhkan umat ini. Ia menjadi syarat kemuliaannya. Tanpa jihad, pasti umat ini dihinakan dihadapan umat-umat yang lain. Namun, jihad tersebut bukan sembarang jihad. . .
Syaikh Al Mujahid Abdul Mun’im Musthofa Halimah atau yang lebih dikenal Abu Basheer Ath Tharthusy dalam situs Mimbar al-Tauhid wa al-Jihad  menjelaskan beberapa bentuk-bentuk jihad yang beliau anggap tidak tepat  dan tidak benar. Beliau menuliskannya dengan, "Bentuk Jihad yang Tidak  Kita Kehendaki". Berikut ini penjelasan dari beliau yang sudah  diterjemahkan oleh saudara kami Abu Izzuddin FuadAl Hazimi:
لَا  نُرِيْدُ الْجِهَادَ الَّتِي تَكُونُ بَوَاعِثَهُ الضَّجْرُ  وَقِلَّةُ  الصَّبْرِ عَلىَ الْوَاقِعِ  فَيَحْمِلُ صَاحِبَهُ عَلَى اسْتِشْرَافِ  مَوَاطِنِ الْهَلَكَةِ وَالْمَوْتِ  لِيَسْتَرِيحَ  
“Kami tidak menghendaki  jihad yang timbul akibat kebosanan dan kurangnya kesabaran menghadapi  realitas perjuangan,  sehingga membuat seseorang bersikap berlebihan  dalam menyebabkan kerusakan dan kematian.  Semua itu dilakukannya karena  ia ingin segera beristirahat dari perjuangan.” 
لَا  نُرِيْدُ الْجِهَادَ شَهْوَةً سَاعَةً  لِيُقَالَ فُلَانٌ جَاهِدٌ فِي  مَكَانٍ كَذَا أَوْ كَذَا  فَإِذَا انْقَضَتْ  اِنْطَفَأَتْ جَذْوَةُ  الْجِهَادِ فِي النَّفْسِ  وَانْتَهَى كُلُّ شَيْءٍ 
"Kami tidak menghendaki jihad karena  hawa nafsu sesaat supaya dikatakan si fulan telah berjihad di sana atau   di sini, sehingga apabila nafsu itu itu telah terpuaskan, mati-lah  bara jihad dari dalam jiwanya, habis, tidak  bersisa sedikit pun".
لَا  نُرِيْدُ الْجِهَادَ  الَّذِي يَحْمِلُ صَاحِبَهُ عَلَى الْاِسْتِعْجَالِ   وَقَطَفَ الثِّمَارَ قَبْلَ أَوَانِهَا  فَمَنْ تَعَجَّلَ شَيْئًا قَبْلَ  أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ  فَأَمْرُ الْجِهَادُ عَظِيْمٌ  لَا  يُتْقِنُهُ إِلَّا الرَّجُلُ الْمِكِّيْثُ  
"Kami tidak menghendaki  jihad  yang membuat pelakunya menjadi  tergesa-gesa dalam bertindak  serta ingin segera memanen buah sebelum waktunya matang. Karena  barangsiapa tergesa-gesa dalam suatu amalan sebelum tiba waktunya,  diharamkan baginya untuk memperoleh buahnya.  Jihad adalah perkara yang  agung, tidak ada yang dapat itqan (teguh, cermat, tsabat,  bersungguh-sungguh dan penuh perhitungan) di atasnya kecuali seseorang  yang sabar dan teguh dalam pendirian."
لَا  نُرِيْدُ الْجِهَادَ  الَّذِي يكون ذريعة للفرار من الواقع الذي يجب أن  يُجاهد  أو الفرار من تحمل المسؤوليات الشرعية الملقاة على عاتق العباد  
"Kami tidak menghendaki  jihad karena alasan melarikan diri dari kondisi dan realitas yang  seharusnya dihadapi dengan jihad (kesungguhan dan keteguhan) atau lari  dari  amanah syar’iyyah yang seharusnya diemban dengan penuh tanggung  jawab oleh setiap hamba Nya.” 
لا نريد  الجهاد  الذي لا يُحسن تقدير المصالح من المفاسد  ولا لما يجب أن يُقدم أو  يؤخر  ولا يُلقي بالاً لعواقب الأمور المعتبرة شرعاً وعقلاً 
"Kami tidak menghendaki  jihad yang tidak mengedepankan pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan  mafasid (kerusakan), yang tidak menimbang mana prioritas dan mana yang  harus diakhirkan dan juga tidak peduli dengan dampak dari jihadnya itu  dengan penuh pertimbangan baik secara  syar’i maupun pemikiran yang  matang."
. . . Kami tidak menghendaki jihad yang tidak mengedepankan pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan mafasid (kerusakan), yang tidak menimbang mana prioritas dan mana yang harus diakhirkan dan juga tidak peduli dengan dampak dari jihadnya itu . . .
لا نريد الجهاد  الذي تنطلق قوافله لساحات القتال قبل أن تستوفي الحد الأدنى من الإعداد  فتكون لقمة سائغة سهلة للعدو 
"Kami tidak menghendaki  jihad yang pasukannya menuju medan perang dengan tidak memenuhi batasan  minimum i’dad (persiapan), sehingga menjadi makanan empuk bagi musuh dan  dengan sangat  mudahlah dikalahkan oleh mereka."
لا نريد  الجهاد  الذي تسيره رغبات ومصالح الطواغيت الظالمين  فإذا أذنوا له ـ  لغايةٍ في نفوسهم ـ انطلقت قوافله  وإن لم يأذنوا له أمسكت قوافله وتوقفت 
"Kami tidak menghendaki  jihad hanya demi kemaslahatan para thaghut yang zalim. Apabila para  thaghut itu mengijinkan –karena suatu tujuan dan strategi tertentu -   berangkatlah kafilah jihad itu dan jika mereka tak mengijinkan,  berhenti pula kafilah itu dan membatalkan amaliyah mereka." 
لا نريد الجهاد الذي يميز أهله بين طاغوت وطاغوت  فيوالون طاغوتاً ويُعادون طاغوتاً  
"Kami tidak menginginkan  jihad yang hanya untuk membedakan antara thaghut yang satu dengan  thaghut lainnya, sehingga mereka  berwala’ (loyal) kepada thaghut yang  satu untuk memusuhi thaghut yang lainnya."
لا نريد الجهاد الذي يستبدل طاغوتاً بطاغوت  وكفراً بكفرٍ آخر  ونظاماً فاسدٍ بنظام فاسدٍ آخر 
”Kami tidak menghendaki  jihad untuk melengserkan kekuasaan thaghut agar digantikan dengan taghut  lainnya, kekufuran dengan kekufuran bentuk lain, sistem negara yang  rusak dengan sistem negara yang rusak lainnya."
لا نريد  الجهاد الذي تنتهي تطلعاته وآماله عند حدود العطاء والاستشهاد  وليكن بعدها  ما يكون  ومن غير تطلع إلى مراحل التأسيس والبنيان  وتحقيق الأهداف
"Kami tidak menghendaki  jihad yang tujuan dan cita-cita akhirnya hanya untuk menggugurkan  kewajiban jihad dan semata-mata hanya untuk meraih mati syahid, kemudian  tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tidak mau  tahu dengan kelangsungan perjuangan berikutnya, tidak peduli pada  fase-fase pembangunan pondasi dan tegaknya bangunan Islam serta  langkah-langkah dan strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan jihad  (menjadikan kalimah Allah dan syari’ah-Nya menjadi yang tertinggi di  muka bumi -pent)."
لا نريد  الجهاد الذي يقطف ثماره الطواغيت الظالمون  وكأنه من المفروض علينا أن يكون  منا العطاء والفداء  والاستشهاد  وعليهم ـ وهم على أريكتهم يتسامرون  ويتآمرون ـ جني الثمار  وفق أهدافهم ومآربهم  ومخططاتهم الهدامة
"Kami tidak menghendaki  jihad yang buahnya hanya akan dipetik oleh para thaghut zhalim, sehingga  seakan-akan kita lah yang diwajibkan memberikan seluruh apa yang kita  miliki demi jihad ini, harta benda, pengorbanan dan jiwa kita sebagi  syuhada’ sedangkan nantinya, justru para thaghut itu yang akan memetik  buah jihad kita dan menentukan strategi, tujuan dan langkah-langkah ke  depan pasca kemenangan, sementara di saat para mujahidin berjihad,  mereka justru saling berseteru dan bersaing satu dengan lainnya untuk  memperebutkan “kue” kekuasaan manakala jihad memperoleh kemenangan." 
Kemudian beliau tutup, dengan kalimat: "Inilah jihad yang tidak kami inginkan, yang tidak kami serukan, dan tidak kami usahakan untuk meneguhkannya." Wallahu Ta'ala A'lam 

0 Comments :
Posting Komentar